Memahami Hikayat (Pengetahuan B.Indonesia) - Pengetahuanumum21

Memahami Hikayat (Pengetahuan B.Indonesia)

√ Pengertian Hikayat

Hikayat adalah karya sastra klasik yang mengisahkan lengkap tentang kekuatan, kesaktian serta mukjizat. Hikayat ini mempunyai unsur-unsur seperti alur, tema, penokohan, sudut pandang, semua itu merupakan unsur-unsur hikayat. Kesastraan Indonesia sungguh kaya akan berbagai hasil karya yang dapat dibanggakan hingga saat ini. Satu diantaranya adalah hikayat. Hikayat mungkin dikenal sebagai karya sastra lama yang saat ini sudah jarang dijumpai.
Hikayat termasuk bentuk prosa lama yang dulu banyak ditemukan dalam bahasa Melayu yang berisi cerita, sekilas dongeng, atau kisah tentang ketakjuban, keajaiban, maupun kehebatan seseorang atau tokoh utamanya. Jadi, secara singkat hikayat dapat dikatakan sebagai karya sastra serupa dongeng yang disajikan dalam bahasa Melayu dengan bercerita tentang keajaiban kisah.

√ Tujuan Hikayat

Tujuan untuk mengetahui unsur-unsur hikayat ialah bertujuan untuk mengetahui bahwa kita telah mengerti tentang hikayat tersebut yang kita telah baca dikarenakan kita telah dapat mengisi dari unsur-unsur hikayat tersebut dan unsur-unsur hikayat dapat pula dijadikan sebagai pemebelajaran untuk lebih mudah mengerti tentang hikayat tersebut dengan menentukan unsur-unsur hikayat tersebut seperti yang ada dibawah ini. Untuk dapat mengerti dan memahami apa itu alur, tema dan penokohan, simak ulasan berikut ini.

√ Unsur-unsur Hikayat

Beberapa Unsur-unsur dalam Hikayat yaitu sebagai berikut :
  • Alur ( Plot )

Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Secara umum jalan ceritanya terdiri atas bagian-bagian berikut :
  1. Pengenalan situasi cerita ( exposition ).
  2. Pengungkapan peristiwa ( complication ).
  3. Menuju pada adanya konflik ( rising action ).
  4. Puncak konflik ( turning point ).
  5. Dan Penyelesaian ( ending ).
  • Tema

Tema ini merupakan Inti atau ide dasar dari sebuah cerita. Dan ide dasar itulah cerita dibangun oleh pengarangnya dengan memanfaatkan unsur-unsur intrinsic seperti plot, penokohan dan latar. Tema merupakan pangkal tolak pengarang dalam menceritakan dunia rekaan yang diciptakannya.
  • Penokohan

Untuk penokohan itu sendiri ialah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Untuk menggambarkan karakter seorang tokoh tersebut, pengarang dapat menggunakan teknik sebagai berikut :
  • Teknik AnalitikKarakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang.
  • Teknik DramatikKarakter tokoh dikemukakan melalui yaitu :
    1. Penggambaran fisik dan perilaku tokoh.
    2. Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh.
    3. Penggambaran tata kebahasaan tokoh.
    4. Pengungkapan jalan pikiran tokoh.
    5. Penggambaran oleh tokoh lain.
  • Sudut Pandang ( Point Of View )

Yang merupakan posisi pengarang dalam membawakan cerita, posisi pengarang ini terdiri atas dua macam yaitu :
  1. Berperan langsung sebagai orang pertama atau sebagai tokoh yang terlihat dalam cerita yang bersangkutan.
  2. Hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat.
  • Latar ( Setting )

Yang merupakan keadaan tempat, waktu dan suasana berlangsungnya suatu cerita, latar tersebut bisa bersifat factual atau imajiner.
  • Amanat

Amanat itu sendiri merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Amanat biasanya tersimpan rapat dan disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita. Oleh karena itu, untuk menemukannya, tidak cukup dengan membaca dua atau tiga paragraf, melainkan harus membacanya hingga tuntas.

√ Jenis – Jenis Hikayat

Hikayat dibedakan menjadi dua jenis kategori yaitu berdasarkan kategori isi dan kategori asalnya. Berdasarkan kategori isi hikayat terbagi menjadi :
  • Epos India
  • Cerita Asal Jawa
  • Cerita Rakyat
  • Sejarah dan Biografi
  • Cerita Islam
  • Cerita Bertingkat
Sedangkan menurut asalnya, hikayat terbagi menjadi empat klasifikasi, yaitu :
  • Pengaruh Jawa
  • Melayu Asli
  • Pengaruh Hindu
  • Pengaruh Persia
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa hikayat dipengaruhi dari beberapa wilayah seperti Arab, Persia, Melayu, India, serta Jawa. Beberapa contoh hikayat yang sangat dikenal dan melegenda hingga saat ini seperti Seribu Satu Malam, Sri Rama, Panji Semirang, Hang Tuah, dan sebagainya.

√ Ciri – Ciri Hikayat

Jika dilihat dari struktur kebahasaan, penulisan hikayat memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain sebagai berikut :
  • Anonim, pengarangnya tidak diketahui
  • Statis, tidak mengandung banyak perubahan, tetap
  • Istana sentris, atau berlatar belakang cerita kerajaan
  • Kolektif dan komunal, milik bersama
  • Tradisional, biasanya mengandung tradisi serta budaya dari wilayah tertentu
  • Memakai pengulangan bahasa
  • Bersifat edukasi, mendidik benar
  • Seringkali menceritakan kisah antara kebaikan yang menang melawan keburukan
  • Khayalan


√ Contoh Hikayat :

Hikayat Si Miskin

Si Miskin
Karena sumpah Batara Indera, seorang raja keinderaan beserta permaisurinya bibuang dari keinderaan sehingga sengsara hidupnya. Itulah sebabnya kemudian ia dikenal sebagai si Miskin.
Si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki berkeliling di Negeri Antah Berantah di bawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki. Demikian seterusnya.
Ketika isterinya mengandung tiga bulan, ia menginginkan makan mangga yang ada di taman raja. Si Miskin menyatakan keberatannya untuk menuruti keinginan isterinya itu, tetapi istri itu makin menjadi-jadi menangisnya. Maka berkatalah si Miskin, “Diamlah. Tuan jangan menangis. Biar Kakanda pergi mencari buah mempelam itu. Jikalau dapat, Kakanda berikan kepada tuan.”
Si Miskin pergi ke pasar, pulangnya membawa mempelam dan makanan-makanan yang lain. Setelah ditolak oleh isterinya, dengan hati yang sebal dan penuh ketakutan, pergilah si Miskin menghadap raja memohon mempelam. Setelah diperolehnya setangkai mangga, pulanglah ia segera. Isterinya menyambut dengan tertawa-tawa dan terus dimakannya mangga itu.
Setelah genap bulannya kandunga itu, lahirlah anaknya yang pertama laki-laki bernama Marakarmah (=anak di dalam kesukaran) dan diasuhnya dengan penuh kasih sayang.
Ketika menggali tanah untuk keperluan membuat teratak sebagai tempat tinggal, didapatnya sebuah tajau yang penuh berisi emas yang tidak akan habis untuk berbelanja sampai kepada anak cucunya. Dengan takdir Allah terdirilah di situ sebuah kerajaan yang komplet perlengkapannya.
Si Miskin lalu berganti nama Maharaja Indera Angkasa dan isterinya bernama Tuan Puteri Ratna Dewi. Negerinya diberi nama Puspa Sari. Tidak lama kemudian, lahirlah anaknya yang kedua, perempuan, bernama Nila Kesuma.
Maharaja Indera Angkasa terlalu adil dan pemurah sehingga memasyurkan kerajaan Puspa Sari dan menjadikan iri hati bagi Maharaja Indera Dewa di negeri Antah Berantah.
Ketika Maharaja Indera Angkasa akan mengetahui pertunangan putra-putrinya, dicarinya ahli-ahli nujum dari Negeri Antah Berantah.
Atas bujukan jahat dari raja Antah Berantah, oleh para ahli nujum itu dikatakan bahwa Marakarmah dan Nila Kesuma itu kelak hanyalah akan mendatangkan celaka saja bagi orangtuanya.
Ramalan palsu para ahli nujum itu menyedihkan hati Maharaja Indera Angkasa. Maka, dengan hati yang berat dan amat terharu disuruhnya pergi selama-lamanya putra-putrinya itu.
Tidak lama kemudian sepeninggal putra-putrinya itu, Negeri Puspa Sari musnah terbakar.
Sesampai di tengah hutan, Marakarmah dan Nila Kesuma berlindung di bawah pohon beringin. Ditangkapnya seekor burung untuk dimakan. Waktu mencari api ke kampung, karena disangka mencuri, Marakarmah dipukuli orang banyak, kemudian dilemparkan ke laut. Nila Kesuma ditemu oleh Raja Mengindera Sari, putera mahkota dari Palinggam Cahaya, yang pada akhirnya menjadi isteri putera mahkota itu dan bernama Mayang Mengurai.
Akan nasib Marakarmah di lautan, teruslah dia hanyut dan akhirnya terdampar di pangkalan raksasa yang menawan Cahaya Chairani (anak raja Cina) yang setelah gemuk akan dimakan. Waktu Cahaya Chairani berjalan–jalan di tepi pantai, dijumpainya Marakarmah dalam keadaan terikat tubuhnya. Dilepaskan tali-tali dan diajaknya pulang. Marakarmah dan Cahaya Chairani berusaha lari dari tempat raksasa dengan menumpang sebuah kapal. Timbul birahi nahkoda kapal itu kepada Cahaya Chairani, maka didorongnya Marakarmah ke laut, yang seterusnya ditelan oleh ikan nun yang membuntuti kapal itu menuju ke Palinggam Cahaya. Kemudian, ikan nun terdampar di dekat rumah Nenek Kebayan yang kemudian terus membelah perut ikan nun itu dengan daun padi karena mendapat petunjuk dari burung Rajawali, sampai Marakarmah dapat keluar dengan tak bercela.
Kemudian, Marakarmah menjadi anak angkat Nenek Kebayan yang kehidupannya berjual bunga. Marakarmah selalu menolak menggubah bunga. Alasannya, gubahan bunga Marakarmah dikenal oleh Cahaya Chairani, yang menjadi sebab dapat bertemu kembali antara suami-isteri itu.
Karena cerita Nenek Kebayan mengenai putera Raja Mangindera Sari menemukan seorang puteri di bawah pohon beringin yang sedang menangkap burung, tahulah Marakarmah bahwa puteri tersebut adiknya sendiri, maka ditemuinyalah. Nahkoda kapal yang jahat itu dibunuhnya.
Selanjutnya, Marakarmah mencari ayah bundanya yang telah jatuh miskin kembali. Dengan kesaktiannya diciptakannya kembali Kerajaan Puspa Sari dengan segala perlengkapannya seperti dahulu kala.
Negeri Antah Berantah dikalahkan oleh Marakarmah, yang kemudian dirajai oleh Raja Bujangga Indera (saudara Cahaya Chairani).
Akhirnya, Marakarmah pergi ke negeri mertuanya yang bernama Maharaja Malai Kisna di Mercu Indera dan menggantikan mertuanya itu menjadi Sultan Mangindera Sari menjadi raja di Palinggam Cahaya.

Unsur Intrinsik dalam hikayat Si Miskin
Terdiri atas:
  1. Tema : Kunci kesuksesan adalah kesabaran. Perjalanan hidup seseorang yang mengalami banyak rintangan dan cobaan.

  1. Alur : Menggunakan alur maju, karena penulis menceritakan peristiwa tersebut dari awal permasalahan sampai akhir permasalahan.

  1. Setting/ Latar :
  • Setting Tempat : Negeri Antah Berantah, hutan, pasar, Negeri Puspa Sari, Lautan, Tepi Pantai Pulau Raksasa, Kapal, Negeri Palinggam Cahaya.
  • Setting Suasana : tegang, mencekam dan Ketakutan, bahagia, menyedihkan

  1. Sudut Pandang Pengarang : orang ketiga serba tahu.
  2. Amanat :
  • Seorang pemimpin yang baik adalah seorang yang adil dan pemurah.
  • Janganlah mudah terpengaruh dengan kata-kata oran lain.
  • Hadapilah semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah
  • Jangan memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya.
  • Hendaknya kita dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.
  • Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.
  • Hidup dan kematian, bahagia dan kesedihan, semua berada di tanan Tuhan, manusia hanya dapat menjalani takdir yang telah ditentukan.
Unsur Ekstrinsik dalam Hikayat Si Miskin
Terdiri atas:

  1. Nilai Moral
Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita. Jangan kita terlalu memaksakan kehendak kita pada orang lain.

  1. Nilai Budaya
Sebagai seorang anak kita harus menghormati orangtua. Hendaknya seorang anak dapat berbakti pada orang tua.

  1. Nilai Sosial
Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih. Hendaknya kita mau berbagi untuk meringankan beban orang lain.

  1. Nilai Religius
Jangan mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya. Percayalah pada Tuhan bahwa Dialah yang menentukan nasib manusia.

  1. Nilai Pendidikan
Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih. Jangan mempercayai ramalan yang belum tentu kebenarannya.

0 Response to "Memahami Hikayat (Pengetahuan B.Indonesia)"

Post a Comment

Iklan Tengah

Iklan Bawah Artikel